Celeb Show : Amas Augustian Harahap
Tema : “Waspada Imbas Krisis Eropa 2011 Terhadap Perekonomian
Tema : “Waspada Imbas Krisis Eropa 2011 Terhadap Perekonomian
Dalam Negeri”
Waktu : 16 Februari 2012, pukul: 15.30
Tempat : Rise Up Coffe Shop
Waktu : 16 Februari 2012, pukul: 15.30
Tempat : Rise Up Coffe Shop
Perbankan nasional
mengaku sudah mulai pasang kuda-kuda mengantisipasi imbas krisis yang terjadi
di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Bank Mandiri misalnya, menyatakan sudah
mulai menerapkan status waspada pada ketidakstabilan perekonomian dunia kini.
“Kalau di Mandiri kita udah dalam mood
waspada,” tegasnya pada wartawan Kamis (20/10) malam. Meski pertumbuhan tetap
terus berlangsung, dalam perkembangannya Mandiri mengaku berhati-hati dalam
beberapa sektor bisnis yang dilakukan.
Hal ini terutama terkait
sektor ekspor impor. Pasalnya harga komoditas yang fluktuatif menyebabkan
bisnis menjadi amat berisiko. Kita harus cermati harga komoditi sekarang.
Apakah harganya trennya naik ataukah turun. Ini bukan hanya terjadi pada satu
komoditas misalnya crude palm oil (CPO) tapi juga karet dan batu bara.
Krisis Eropa dan AS
dimulai saat Yunani tidak bisa membayar utang akibat membesarnya defisit APBN
di awal 2011 lalu. Meski belum terlihat dampaknya di seluruh dunia, krisis ini
diperkirakan akan mulai memperlambat ekonomi sejumlah negara Asia di 2012. Permintaan
domestik bakal menjadi tumpuan guna mendorong pertumbuhan Mandiri ke depan.
Seperti enegri, infrastruktur, consumer good, oil and gas.
Sini kondisi pasar surat
utang negara masih cukup stabil. Hal ini sehubungan dengan sikap Bank Indonesia
(BI) dalam melakukan pengelolaan aset portfolio-nya melalui pembelian SBN di
pasar sekunder. “BI beli SUN di pasar sekunder untuk pengelolaan portofolio
asset-nya, tapi dampak pembelian tersebut berdampak positif terhadap stabilitas
pasar SUN,” ujarnya.
Di sisi lain,
perusahaan-perusahaan pelat merah masih belum perlu dilibatkan dalam kerangka
stabilisasi surat utang negara (bond stabilization framework). Pemerintah
sendiri juga merasa belum perlu untuk mengubah strategi pembiayaan negara termasuk
rencana penerbitan sukuk global.
Berdasar data Dirjen
Pengelolaan Utang, pada Juli lalu kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh
asing mencapai Rp248,87 triliun.
Jumlah tersebut terus
turun menjadi Rp247,38 triliun per Agustus dan Rp218,09 triliun per September.
Sedangkan selama 5 hari pertama di Oktober, modal asing yang ditarik dari pasar
SBN mencapai Rp3,99 triliun.
Dan untuk obligasi negara yang dibeli oleh
Bank Indonesia meningkat Rp13,04 triliun dalam sebulan, dari posisi Agustus
Rp3,99 triliun menjadi Rp17,03 triliun pada September. Memasuki Oktober,
kepemilikan SBN oleh BI meningkat Rp5,9 triliun dalam lima hari, menjadi
Rp22,22 triliun per 5 Oktober.
Krisis global yang
terjadi di Eropa dan Amerika, yang terpenting saat ini adalah bagaimana
komitmen bersama terutama negara maju untuk menyelesaikan masalah mereka. Hal
ini agar tidak banyak membawa pengaruh terhadap ekonomi dunia.
Krisis saat ini lebih
mengkhawatirkan karena terjadi pada negara atau pemerintah, bukan lembaga
finansial seperti 2008. Negara di Eropa dan Amerika memiliki utang yang lebih
besar dibanding produk domestik bruto (PDB), atau tidak sesuai kemampuan.
Institusi finansial itu
membeli surat berharga milik pemerintah. Namun, pemerintah diragukan bisa
membayar kembali, sehingga akan berdampak kepada lembaga keuangan tersebut.
Indonesia sendiri
memiliki rasio utang terhadap PDB sebesar 24 persen, sedangkan Yunani hingga
160 persen, Amerika di atas 100 persen, dan negara-negara Eropa di atas 60
persen. Sementara itu, kondisi ekonomi makro juga dinilai masih bagus.
Pemerintah juga telah belajar dari
pengalaman krisis 1998 dan 2008. Ketika krisis 2008, kondisi finansial
Indonesia sudah dalam posisi yang lebih kuat jika dibandingkan 1998.
Selain itu, eksposur Indonesia ke
negara-negara yang sedang terkena krisis terhitung kecil, sehingga dampak
langsung dari krisis tidak akan terasa.
Oleh : Komunitas Pemikir Ekonomi
Notulen : Cut Intan Arifah
http://www.facebook.com/groups/211337888937737/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar