Entri Populer

Kamis, 28 Juni 2012


Celeb Show : Amas Augustian Harahap
Tema          : “Waspada Imbas Krisis Eropa 2011 Terhadap Perekonomian
                       Dalam Negeri”
Waktu         : 16 Februari 2012, pukul: 15.30
Tempat       : Rise Up Coffe Shop


Perbankan nasional mengaku sudah mulai pasang kuda-kuda mengantisipasi imbas krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Bank Mandiri misalnya, menyatakan sudah mulai menerapkan status waspada pada ketidakstabilan perekonomian dunia kini.
“Kalau di Mandiri kita udah dalam mood waspada,” tegasnya pada wartawan Kamis (20/10) malam. Meski pertumbuhan tetap terus berlangsung, dalam perkembangannya Mandiri mengaku berhati-hati dalam beberapa sektor bisnis yang dilakukan.

Hal ini terutama terkait sektor ekspor impor. Pasalnya harga komoditas yang fluktuatif menyebabkan bisnis menjadi amat berisiko. Kita harus cermati harga komoditi sekarang. Apakah harganya trennya naik ataukah turun. Ini bukan hanya terjadi pada satu komoditas misalnya crude palm oil (CPO) tapi juga karet dan batu bara.

Krisis Eropa dan AS dimulai saat Yunani tidak bisa membayar utang akibat membesarnya defisit APBN di awal 2011 lalu. Meski belum terlihat dampaknya di seluruh dunia, krisis ini diperkirakan akan mulai memperlambat ekonomi sejumlah negara Asia di 2012. Permintaan domestik bakal menjadi tumpuan guna mendorong pertumbuhan Mandiri ke depan. Seperti enegri, infrastruktur, consumer good, oil and gas.

Sini kondisi pasar surat utang negara masih cukup stabil. Hal ini sehubungan dengan sikap Bank Indonesia (BI) dalam melakukan pengelolaan aset portfolio-nya melalui pembelian SBN di pasar sekunder. “BI beli SUN di pasar sekunder untuk pengelolaan portofolio asset-nya, tapi dampak pembelian tersebut berdampak positif terhadap stabilitas pasar SUN,” ujarnya.

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan pelat merah masih belum perlu dilibatkan dalam kerangka stabilisasi surat utang negara (bond stabilization framework). Pemerintah sendiri juga merasa belum perlu untuk mengubah strategi pembiayaan negara termasuk rencana penerbitan sukuk global.

Berdasar data Dirjen Pengelolaan Utang, pada Juli lalu kepemilikan surat berharga negara (SBN) oleh asing mencapai Rp248,87 triliun.

Jumlah tersebut terus turun menjadi Rp247,38 triliun per Agustus dan Rp218,09 triliun per September. Sedangkan selama 5 hari pertama di Oktober, modal asing yang ditarik dari pasar SBN mencapai Rp3,99 triliun.
Dan untuk obligasi negara yang dibeli oleh Bank Indonesia meningkat Rp13,04 triliun dalam sebulan, dari posisi Agustus Rp3,99 triliun menjadi Rp17,03 triliun pada September. Memasuki Oktober, kepemilikan SBN oleh BI meningkat Rp5,9 triliun dalam lima hari, menjadi Rp22,22 triliun per 5 Oktober.

Krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika, yang terpenting saat ini adalah bagaimana komitmen bersama terutama negara maju untuk menyelesaikan masalah mereka. Hal ini agar tidak banyak membawa pengaruh terhadap ekonomi dunia.

Krisis saat ini lebih mengkhawatirkan karena terjadi pada negara atau pemerintah, bukan lembaga finansial seperti 2008. Negara di Eropa dan Amerika memiliki utang yang lebih besar dibanding produk domestik bruto (PDB), atau tidak sesuai kemampuan.

Institusi finansial itu membeli surat berharga milik pemerintah. Namun, pemerintah diragukan bisa membayar kembali, sehingga akan berdampak kepada lembaga keuangan tersebut.

Indonesia sendiri memiliki rasio utang terhadap PDB sebesar 24 persen, sedangkan Yunani hingga 160 persen, Amerika di atas 100 persen, dan negara-negara Eropa di atas 60 persen. Sementara itu, kondisi ekonomi makro juga dinilai masih bagus.

       Pemerintah juga telah belajar dari pengalaman krisis 1998 dan 2008. Ketika krisis 2008, kondisi finansial Indonesia sudah dalam posisi yang lebih kuat jika dibandingkan 1998.
Selain itu, eksposur Indonesia ke negara-negara yang sedang terkena krisis terhitung kecil, sehingga dampak langsung dari krisis tidak akan terasa.

Oleh      : Komunitas Pemikir Ekonomi
Notulen : Cut Intan Arifah
http://www.facebook.com/groups/211337888937737/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar